Kamis, 12 Mei 2011

"Tahapan menjalin hubungan dengan wanita" dengan pendekatan Six Sigma


Studi kasus :Pee Loon-OUATIM Blu-Ray Song [HD] WEng Subs

Volume 1

Pertama:Membuat sebuah pandanangan wanita mengarah pada mu,ya hampir sama dengan membuat
iklan khusus seperti yang dilakukan perusahaan. metodenya bebas tinggal di improve
sesuai dengan kharakteristik pelanggan. mengetahui karakteristiknya gampang,amati saja
dengan sederhana jangan terlalu rumit,misalnya dari raut pelanggan langsung tau apa yang
diinginkannnya. contoh; ini dia kalo di video Pee Loon cara pria ini 1.bergaya macho aneh
2.melemparkan sesuatu kewanita(pelanggan) hal yang tidak menyakiti,tp membuat dia merespon
(iklan khusus sesuai kharakteristik).

Kedua :Selanjutnya untuk mengetahui apakan wanita (pelanggan) merespon iklanmu,berikan sebuah
feedback,kalo perusahaan yang menerima iklan merespon dengan baik biasanya aka menyimpan
dengan baik brosure atau apapaunlah media iklan yang dilakukan. kalo di video ini feedbacknya
dengan meletakkan tangan dikaca,perhatikan respon wanitanya. oke,dia membalas dengan
meletakkan tangannya. ini dia tanda iklanmu berhasil bung.

Ketiga :Tinggal memenuhi kebutuhan konsumen(wanita) sesuai dengan yang diharapkannnya ditambah
dengan perbaikan dalam proses yang berlangsung di Internal produsen(pria),teori ini
banyak orang menyebutnya metode perbaikan kualitas secara ON LINE dan OFF LINE. seperti
yang dilakukan pria berkumis di video ini (bermacam-macam),panjang untuk ditulis satu per
satu, langsung saja amati video nya.

Keempat:Oke saatnya untuk distribusi produk atau jasa boy(baca:lampung) dan tinggal menikmati manisnya
hasil yang diproleh. nah buktinya divideo ini pria berkumis tadi berhasil menjajaki fusion(sange&yasha
Versi Dotanya:),yah kita sendirilah yang dilakukannnya.

Catt :Banyak metode yang bisa dilakukan dalam memikat wanita,ini hanya salah satunya
Cerita ini terinspirasi dari metode Six Sigma dalam perbaikan kualitas produk
Bukan berarti melayani kondumen itu bejat (kan bisa saja perusahaan banyak pelanggan?)
okLinke tidak masalah,asal perhatikan pelanggan dengan bijaksana,samarata,adil dan makmur.

http://www.youtube.com/watch?v=HeE4Day606U&feature=fvwrel

Minggu, 08 Mei 2011

Catatan Pejalanan Tebing Parang Tower III


Ini dia,catatan perjalanan ke tebing Parang. Catatan ini berisi sedikit kekesalan,kebencian namun lebih banyak bahagianya.

Selasa, 12 Oktober 2010

3 Jalur Sport Baru - Tebing Sawarna, Banten


1.Nama jalur adalah Falling stone dengan Grade 5.10
memiliki jumlah pengaman 7 Runner
dengan ketinggian 12 m
by : Freden

2. Nama jalur adalah "Satu-satu" nah ini memiliki cerita sendiri kenapa namnya satu-satu..alasannnya adalah karena si pembuat jalur mengalami kecelakaan sehingga harus men dapat 11 jahitan di kepala saat kembali dari tebing sawarna......

jumlah pengaman 5 Runner
ketinggian 10 m
Grade 5.10
by: i gede bayutika

3. Nama jalur Crack 45
dengan grade 5.11
memiliki ketingggian hanya 6 m dengan jumlah
pengaman sebanyak 3 runner






pada mulanya pembuatan jalur sport ini adalah untuk merayakan ulang tahun KMPA Ganesha ITB yang ke 20, dengan cara memasang 20 hanger di tebing sawarna melalui pembuatan jalus sport. berhubung tim yang aka berangkat pada saat hari H berkurang satu orang yaitu Brother...nah ahirnya pembuatan jalur sport dengan jumlah hanger 20 tidak berhasil. namun tetap bahagia dihati..

coming soon : catatan perjalanan selengkapnya

By : RockClimbing KMPA Ganesha ITB (Bayu - Freden)
video :http://www.youtube.com/watch?v=94TbY4nsOVA&videos=qdCrUIbRreQ&feature=BF

Rabu, 28 April 2010

3 Climbers Ganesha ITB @ tebing siung dan parang ndog





3 Climbers Ganesha ITB

Jadwal kuliah Di kampus ITB yang padat selama awal semester genap meembuat kegiatan perjalanan di KMPA G harus tertunda sampai dengan adanya liburan yang cukup untuk mengadakan perjalanan. Setelah lama menunggu sampai dengan bulan 4 april ternya ta ada satu hari liburan nasional dan harinya pun tepat untuk mengadaan perjalanan yaitu jumat agung. karena hari libur tersebut tepat dihari jumat maka perjalanan dapat dilakukan mulai dari hari kamis malam sampai dengan minggu malam. Agar tida menyia-nyiakan liburan kali ini dengan kegiatan yang bermanfat ,maka anggota KMPA berinisiatif untuk melakukan suatu perjalanan. Sebagian anggota berangat menuju pantai Ujung genteng,ada yang berangat menuju kawah domas di tangkuban perahu dan terahir adalah perjalanan yang terjauh yaitu keberangkatan 3 anggota KMPA yaitu Sigit Wijanaro (G-184-XIII),Achsani Takwim (G -215–XVII) dan Freden Meihara (G – 242- XIX) yang mengambil spesialisasi Rock Climbing menuju tebing di pantai siung dan tebing parang ndog di provinsi DI jogjakarta.

Keberangkatan menuju tebing siung dan parang ndog sebelumnya belum terfikiran oleh ketiga anggota team sampai dengan H-1 keberangatan. Sebelumnya perjalanan akan dilakukan ke desa cibatarua untuk melihat danau yang tersembunyi karena rencana belum matang dan perjalan nya pun cuup jauh ahirnya perjalanan menuju desa cibatarua di tunda. Dan pilihan selain desa cibatarua adalah tebing yang terletak di cililin, dan perjalanan ini puin gagal karena alasan tempat yang belum memiliki akses jalan yang baik. Setelah ketertundaan kedua perjalanan sebelumnnya maka perjalanan ke tebing siung dan parang ndog menjadi alternatif yang sangat menarik karena disana terdapat banya jalur sport yang bisa digunakan untuk pemanjatan sport climbing dan jalur artifisial di tebing parang ndog. Alasan kuat lainnya untuk melakukan perjalanan ini adalah tebing siung dan parang ndog masih jarang dikunjungi oleh anggota KMPA Ganesha ITB.

Team 3 Climbers ahirnya meemutusan untuk berangkat pada hari kamis malam dengan menggunakan transportasi kereta api menuju jogjakarta dengan tujuan melakukan pemanjatan sport di tebing siung dan dokumentasi tebing parang ndog berupa foto tebing. Setelah menentukan tempat dan tujuan perjalan ahirnya persiapan logistik dimulai dari jam 3 sore berupa persiapan alat-alat pemanjatan sport yaitu;

* Carabinner screw 10 buah

* Quickdraw 11 buah

* Kernmantel dinamis 1

* Seling webbing 5

* Seling perusik 5

* Figure of eight 2

* Stitchplate 1

* Carabinner delta 1

* Webbing 4

* Sit Harnrness 3

* Sepatu panjat 2

* Shalk bag 3

Setelah perlengapan panjat diumpulkan selanjutnya perlengapan lainnya berupa perlengapan makan,minum, tidur, pakaian ganti dan lainnya disiapkan olehh team dan kemudian di packing kedalam 1 buah carrier dan dua buah daypack.

Setelah semua perlengapan selesai di packing pada jam 6 sore team siap melakukan pejalanan. Sebelum keberangkatan team terlebih dahulu mengambil foto di depan seketariat KMPA G yang dinamakan SEL. Kemudian team diantar oleh tiga anggota kmpa lainnya yang tidak melakukan perjalanan menuju stasiun kiara condong. Sesampainya di stasiun jam 19.30 dan ereta yang akan ditumpangi berangat pada jm 20.55, untuk tidak menyia-nyiakan waktu menunggu maka sebelum keberangatan kereta kami telebih dahulu makan di warung yang berada didepan stasiun kiara condong. Dan ahirnya jadwal kereta berangat tingal 15 menit lagi, oleh karena itu kami masuk menuju gerbang stasiun untuk naik ke dalam kereta. Ternyata kereta setelah datang dari stasiun padalarang telah meemuat banyak penumpang yang mengharuskan kami berdiri dari stasiun kiara condong sampai stasiun lempuyangan yang berada di kota jogjakarta. Dan setelah lama berdiri ahirnya kereta sampai di stasiun pada pukul 7 pagi hari jumat.

Berikutnya adalah peerjalanan menuju salah satu MAPALA yang ada di kota jogjakarta yaitu mapala janagiri universitas janabadra. Kami memutuskan untuk berjalan dari stasiun meenuju mapala tesebut dan ahirnya karena kurang nya pengalaman di jalan-jalan korta jogjakarta maka waktu jalan normal 30 meenit ditempuh dalam waktu 4 jam perjalanan. ahirnya tiba di mapala janagiri pada pulul 11 WIB. Sesampainya diisana kami langsung ramah tamah dengan penghuni yang saat itu ada di janagiri. Untuk menghilangkan kegerahan akibat teriknya hari pada sat perjalanan kami langsung meembasuh diri dan istirahat siang. Pada sore hari beberapa anggota mapala Satu Bumi datang dan mengajak kami singgah di seketariat mereka. Sesampainya di Satu Bumi kami berkenalan dengan anggota satu bumi bernyanyi ,bercerita dengan jamuan khas ala mapala jogjakarta. Pada pukul 01.00 wib kami istirahat agar esok hari perjalanan ketebing siung tidak tertunda. Esok pagi kami berangkat terlebih dahulu kembali ke janagiri untuk mengambil logistik yang sebelumnnya ditinggalkan kemudian kami berangkat menuju pantai siung pada pukul 09.00 wib dengan menggunakan kendaraan motor dan diantarkan oleh guide kami yang sangat setia dan penuh lawakan yaitu Matsu salah satu anggota Satu Bumi yang mengambil jurusan teknik elekto di Universitas Gajah Mada dan sampai di pantai siung pada pukul 11.30. sesampainya disana kami mengambil base camp di base camp pemanjat yang telah tesedia.

Kemudian kami mempersiapkan alat panjat,makanan secukupnya dan berangkat menuju tebing. Kami memilih tebing yang akan kami panjat sekalian dengan dokumentasi jalur-jalur yang ada di setiap blok tebing yang ada disana. Setela berputar-putar sekitas ½ jam ahirnya kami memulai pemanjatan di jalur yang ada pada Blok B dengan Grade sekitar 5.13. leader pertama adalah mas sigit, dan mengahirinya dengan 1 runner saja dan di belay oleh saya sementara sani sibuk melakukan fotografi pemanjatan. Kemudian saya bertindak sebagai leader dan dengan versi lead dengan “jatuh bangun” ahirnya sampai di runner 4 dan kemudian dicoba oleh sani beberapa kali, pada ingin melanjutkan ke runner terakhir tenyata kami bertiga memutuskan untuk tidak melanjutkannnya agar masih bisa mencoba jalur yang ada di Blok G. Kemudian kami beranjak dari jalur tersebut menuju Blok G yang di sepoanjang perjalan banak mapala lainnya yang sedang melakukan pendidikan lanjut rock climbing bagi anggotanya.

Selanjunya adalah jalur yang ada di blog G, ciri dari jalur ini adalah pegangannya yang berupa lubang-lubang yang hanya bisa di pegang mengunakan 2-3 jari saja sampai dengan runner yang keempat setelah itu dari runner lima sampaii ketujuh sudah banak pegangan yang ukurannnya cukup besar. Leader pertamna adalah sani dan di belay oleh saya sendiri, kemudian guide kami mencoba jalurnya dan sampai di runner ketiga,kemudian mas sigit yang tidak jauh berbeda dengan Matsu,setelah itu saya mencoba jalur dengan belayernya adalah sani. Matahari mulai terbenam diringi ombak laut selatan yang tinggi,langit yang mulai memerah menandakan kami harus mengahiri pemanjatan ini. Ahirnya jalur diibersihkan oleh sani dengan climb down karena tidak ada hanger cincin yang terpasang di jalur tersebut.

Kami meningalkan tebing meenuju pantai untuk melihat terbenamnya matahari menuju salah satu puncakan yang terdapat di tepi pantai tersebut. Aku dan sani menuju puncakan sambil bercerita tentang peerkembangan Rockclimbing ddi KMPA dan mmas sigit dengan Matsu menunggu di tepi pantai sambil bercanda tawa.

Ahirnya matahari di pantai siung mulai tak terlihat lagi. Kami berempat keembali ke base camp untuk beristirahat sembari menikmati makan malam di sebuah warung yang dekat dengan base camp. Seusai makan malam saya langsung mengambil posisi untuk tidur malam agar besok pagi mendapatkan tenaga kembali untuk melakukan pemanjatan, sementara sani,mas sigit dan matsu memilih untuk tidur di tepi pantai disamping sebuah perahu nelayan. Esok pagiinya mas sigit kembali seorang diri menuju basecamp meninggalkan sani dan matsu yang masih tertidur lelap. Kemudian kami berangkat terlebih dahulu menuju jalur kuda laut dengan grade 5.12b agar kami tidak didahului oleh pemanjat lainnya yang juga sedang melakukan perjalanana menuju tebing siung. Aku dan mas sigit langung bersiap melakukan pemanjatan setelah sesampainya di depan alur tersebut, pemanasan dan langsung saya sebagai leader dan mas sigit sebagai belayer. Sapai runner ke tujuah saya masih sanggup melakukan pemanjatan tanpa terjatuh kemudian 2 runner sisanya dilanjutkan dengan lead versi jatuh “bangun lagi” kemuudian sampai lah pada runner sembilan. Setelah semua runner terpasang makan mas sigit mencoba jalur tersebut.

Setelah beberapa kali kami mencoba jalur tersebut sani dan matsu menyusul dan beeberapa anak Gapadri salah satu mapala di jogjakarta datang ke jalur tersebut untuk mengambil liputan keindahan pantai siung sembari mencoba jalur tersebut. Setelah berkenalan dengan beberapa anggota Gapadri ahirnya saya meenyimpulkan banyak orang Batak yang ada di jogjakarta.

Pada jam12 siang kami mengahiri pemanjatan dan mulai cleaning jalur,saya bertindak sebagai clener dan ditengah cleaning jari manis saya tersobek oleh batu karang yang tajam. Meskipun dengan tanga yang berdarah saya tetap melakukan cleaning, ahirnya claening pun selesai. Setelah itu kami langsung beristirahat dan makan siang kemudian melanjutkan perjalanan menuju tebing parang ndog. Untuk meencapai tebing parang ndog terlebiih dahulu kami melewati kota jogjakarta kembali dan perjalanan total dari pantai siung menuu tebing parang ndog adalah 3 jam perjjalanana menggunakan sepeda motor. Ahirnya kami sampai di tebing parang ndog pada pukul 16.00 wib, sebelum menuju tebing kami beristirahat sembari menikmati kelapa muda di warung pinggir tebing.

Ahirnya kami menuju tebing sembari mengambil foto permukaan tebing pada jam 17.00 sampai dengan pukul 18.00. tebing parang ndog memiliki keindahan tersendiri dibanding dengan tebing siung. Tebing parang ndog selain memiliki jalur sport tebing ini juga memiliki banyak jalur yang dapat digunakan untuk pemanjatan artifisial. Tebing ini memiliki ketinggian sekitar 60-80 meter.

Seusai melakukan dokumentasi untuk refrensi tebing di KMPA yang kemudian akan digunakan sebagai tempat perjalanan Gladi lanjut KMPA G ITB XIX kami menuju landasan paralayang yang terdapat di seberang tebing sembari menikmati terbenamnya matahari dengan beberapa batang rokok. Pada jam 19.00 kami berpulang kembali menuju seketariat satu bumi untuk segera membersihkan badan dan berangkat menuju salah satu tempat di kota jogjakarta yaitu malioboro untuk sekedar berjalan-jalan menikmati malam di kota jogjakarta.

Pukul 01.00 wib kami kembali dari malioboro menuju seketariat untuk beristirahat, karena esok hari senin 5 april pukul 12 siang kami kembali menuju kota bandung. Perjalanan pulang kami menggunakan kereta api yang lebih kosong penumpang dibandingkan dengan perjalanan pertama. Kami dihantarkan oleh tiga anggota satu bumi.

Kami sampai kembali di kota bandung pada pukul 23.00 malam setelah menempuh perjalanan selama 11 jam duduk di dalam kereta api yang sangat bermasyarakat yaitu kereta api ekonomi. Perjalanan ini tidak akan pernah

terlupakan karena ramahnya mapala jogjakrta dan indahnya pemandangan dan kegiatan yang dapat dilakukan disana. Terimakasih buat mapala JANAGIRI universitas JANABADRA dan Satu Bumi fakultas teknik UGM.

Rangkuman perjalanan

Total biaya yang dikeluarkan adalah sebesar 600.000,- untuk 3 orang. Biaa tersebut sudah termasuk biaya makan minum,ongkos transportasi,rokok dan jajanan.

Selasa, 03 November 2009

Catatan Perjalanan Tebing Sawarna

The Second Commander in Action

By : Gede Bayu (GM-009-xviii)

"Catatan perjalanan menuju tebing Sawarna"

6 Agustus ‘09 Pukul 11.00 malam kami berangkat dengan sepeda motor, adapun orang-orang yang mengikuti kegiatan kali ini antara lain :

Brother Rahman, bang Freden, bli Bayu (aku), teh Tetu, mbah Sigit, pak Brian, pak Bambang, pak Sani, AA Nda dan bu Yostal

Perjalanan kami mulai dari kampus ITB dengan menggandeng pasangannya masing-masing dan membawa beban masing-masing. Kami berjalan beriringan dengan kecepatan yang lumayan tinggi, Sigit sebagai pemimpin perjalanan tahu betul cara mengatur irama perjalanan kami. Motornya yang tampaknya payah itu ternyata mampu berlari kencang tanpa seorangpun bisa menyalipnya. Ia sebut motornya yang tanpa spion itu dengan sebutan “belalang tempur”.

Sekitar 40 menit sejak dari kampus ITB kami tiba di Pangandaran. Di sana kami berhenti sejenak dan menjemput salah seorang rekan kami, si Nda, dari Skygers. Setelah menunggu selama kurang lebih 30 menit, kami pun berangkat lagi. Kini aku menggonceng Nda karena kini jumlah motor ada 5 dan tim berjumlah 10 orang.

Kembali ke perjalanan, kini kami akan menuju penginapan di sebuah warung di pinggir jalan dekat Pelabuhan Ratu. Perjalanan kami sudah terasa melelahkan, dan mungkin tanpa kita sadari bahwa mata kita mulai setengah lilin. Akhirnya pukul 02.00 pagi kami sampai di warung tadi. Kamipun memesan minuman dan menyantap makanan ringan di sana, dan tidur di garasi belakang warung tersebut.

Hari ke-1 (happy and enjoy day)

Tanpa rasa nyenyak sedikitpun, demikian yang diakui semua teman-teman, akhirnya kami bangun tepat pukul 07.00 pagi. Dengan sedikit sarapan gorengan di warung dan minum kopi maupun teh hangat kamipun kembali ke formasi perjalanan.

Jalan terasa sepi, tak seperti di Bandung, setelah sampai di Pelabuhan Ratu, barulah terasa seperti di perkotaan kembali namun hanya suasana laut yang terasa di setiap indera kami. Di Pelabuhan Ratu kami singgah untuk membeli logistik makanan, kami pun patungan, namun hanya Rp.200.000,- saja yang terkumpul waktu itu. Akhirnya kami sepakat untuk membeli secukupnya saja, kekurangannya akan dibeli di basecamp saja. Freden dan Rahman bergerak ke tengah pasar membeli sayur, buah dan ikan asin serta bumbu-bumbu secukupnya.

Pukul 10.00 kami bergerak lagi menuju pantai Sawarna. Perjalanan kali ini terasa sangat mengagumkan karena jalan-jalan di sini melewati tanjakan-tanjakan di tebing-tebing yang menjulang tinggi mengelilingi lautan, dari atas sana terlihat garis-garis pantai yang sangat indah ditambah ombak dan kapal-kapal nelayan yang menghiasinya.

Kini sudah menunjukkan pukul 12.00. Di sebuah tempat yang sangat bagus untuk melihat pemandangan lautan, kami bertemu lagi dengan tempat istirahat, kamipun singgah di sana karena sebagian dari sudah terasa lelah dan mengantuk. Dengan memesan kopi dan teh, dan tambahan ngobrol sambil berfoto bersama rasa lelah itu dengan sendirinya akan berkurang.

….Perjalanan yang melelahkan

selalu saja bisa dibuat lebih enjoy

dengan menikmati pemandangan

sambil beristirahat dan mengobrol

bersama teman-teman…..

Kami bergegas kembali menerjang jalanan yang panjang, berliku, naik dan turun gunung. Perjananan kami kira-kira memakan jarak 225 kilometer, benar-benar sebuah perjalanan yang panjang apalagi dengan mengendarai sepeda motor. Maka tak heran dari kami nantinya akan merasa meriang-meriang karena serangan angin.

Akhirnya kami sampai di sebuah tempat yaitu Desa Sawarna yang benar-benar terasa jauh dari kota dan suasana rantaunya sangat terasa kami rombongan anak-anak pecinta alam Ganesha ITB sampai di sana.

Rumah-rumah terlihat sangat sederhana dengan pagar bambu yang mengelilinginya. Di pinggir jalan terdapat banyak sekali pohon kelapa, di sela-selanya air laut yang berwarna biru menghiasi garis cakrawala serta angin laut yang berhembus benar-benar menyejukkan hari itu karena sebenarnya udara di atas sangat panas dan seharusnya membuat kami seperti cacing.

….Sawarna merupakan sebuah desa di pinggiran pantai yang di dalamnya terdapat tempat wisata surfing, tebing-tebing karst, gua-gua yang baru terbentuk yg sangat indah, dan hutan jati yang lebat…..

Anak-anak ini…… “mungkin bisa mengingatkan kita dengan masa kecil kita, dimana mungkin saat itu kita tidak hidup di perkotaan yang serba enak seperti sekarang, namun mereka hanya bermain permainan tradisional”



Pk.14.00 WIB, Kami tiba dan langsung mendirikan flysheet yang besar untuk menahan laju angin yang begitu kencang, selain itu kami juga mendirikan tenda untuk semua peralatan logistik agar tidak basah jika tiba-tiba turun hujan. Setelah itu beberapa orang dari kami pergi ke rumah pak RT untuk menyerahkan surat pemberitahuan untuk berkegiatan di daerah tersebut.

Dalam teknis lapangan kami, sore ini kami tidak ada kegiatan sehingga beberapa dari kami berniat untuk jalan-jalan. Aku, Freden, dan Rahman ingin mandi di pantai, sedangkan yang lainnya ingin memancing entah ke mana.

Air yang tenang di siang hari.....di bawah terik matahari ….Hanya ombak…..Kecil…..Hilang……Dan kembali berderu……Dan hilang lagi…Di sini,,,, dan di sini,,,,,

Hari ke-2 (sosped day)

Pagi-pagi pukul 05.00 atas instruksi ketua perjalanan, bang freden, kami semua bangun pagi. Kami pagi itu berencana untuk pindah base camp ke rumah pak RT, kira-kira pukul 06.00 kami bergerak packing semua logistik termasuk tenda dan flysheet. Dalam waktu kurang dari 1 jam kami sudah bereskan semuanya, dan kami pergi berangkat ke rumah pak RT yang nggak jauh dari sana.

Rumah itu sederhana, terbuat dari anyaman bambu, namun kami akhirnya senang karena kami tidak akan masuk angin lagi malam ini. Di samping rumah itu, berdiri rumah kedua orang tua pak RT, emak dan abah sudah sangat tua namun masih sangat kuat dalam bekerja dan tampak sehat-sehat saja.

Jadwal hari ini adalah sosialisasi pedesaan ke kantor desa untuk menemui pak Kades. Kami telah bersiap membawa alat tulis kami, pulpen dan kertas kosong. Yang berangkat adalah Aku, Rahman, dan Tetu dengan 2 buah sepeda motor.

di tempat yang berbeda, Brian, Sani, dan Nda melakukan survey jalur belakang tebing-tebing untuk mendapatkan informasi tentang kondisi di atas sana dan mencari jalan ke luar seandainya tidak bisa rapelling dari atas.

Kira-kira pukul 08.30 kami menuju kantor desa, yang berjarak kurang lebih 1 km dari rumah Pak RT. Pagi itu benar-benar cerah dan sangat menyegarkan.

Sayang sekali…. setelah sampai di Kantor Desa tidak ada orang yang kami cari, yang ada hanya petugas hansip saja. Katanya pak RT sedang di luar desa, namun ia berpesan bahwa di sebelah tukang jahit tak jauh dari sana ada rumah pak lurah yang juga bisa ditanya-tanya seputar desa Sawarna. Tapi sayangnya pak Lurah pun tidak ada di rumah. Jadwal sudah tersusun rapi bahwa pagi itu kami harus sosped. Tak ada pilihan lain sebagai backup kami iseng-iseng aja nanya ke pak tukang jahit itu dan langsung mengutarakan maksud kami bahwa kami hanya ingin mengetahui seputar Desa Sawarna yang rencananya akan kami publikasikan ke luar. Dan ia pun dengan senang hati menjawab pertanyaan-pertanyaan kami, begitu juga Rahman langsung sigap mengambil Pulpen sambil mencatat hal-hal penting yang bisa ditangkap.

Beberapa hal yang kami tanyakan adalah mengenai : penduduk sekitar, mata pencaharian, kondisi sosial-ekonomi, pendidikan, budaya, dan pariwisata. Lumayan juga kan, seandainya lain waktu kami tak berjumpa dengan pak kades atau pak RT.

Kami langsung kembali ke basecamp, dan menunggu sore hari untuk jadwal berikutnya yaitu dokumentasi tebing dengan tujuan untuk dipublikasikan ke luar termasuk PA-PA.

Pukul 13.00, Waktu itu si Giri datang dengan membawa motorku yang kita tukar kemarin. Untung saja motor itu masih mantap larinya, tak kusangka dia sampai juga di sini.

Singkat cerita waktu sudah menunjukkan pukul 15.00. Bayu, Rahman, Tetu, Sani, Nda, Yostal, Brian, Giri, dan Bambang berangkat menuju Pantai Goa Langir dengan membawa total 3 buah kamera. kami berencana memfoto tebing-tebing itu dari awal di Goa Langir sampai kira-kira 400 meter ke arah barat. Kami mencari-cari tebing yang kira-kira berpotensi untuk dapat dipanjat baik dengan artifisial ataupun untuk tujuan sport saja.

Hari ke-3 (climbing day)

Pagi itu kami bangun pukul 05.00, lalu mengoperasikan trangia kami untuk membuat air panas agar badan kami bisa sedikit bergerak.

Pukul 08.00 kami sudah beres racking alat-alat dan ternyata kami belum membeli bekal makanan untuk dibawa manjat. aku dan Rahman waktu itu ke luar membeli malkist dan aqua 600mL plus extrajoss 2 sachet.

Dan kami berangkat menuju tebing di Pantai Goa langir ……

Sewaktu kami sampai air agak pasang sehingga kami mesti memotong jalan lewat hutan-hutan di pinggiran pantai. Pagi itu sangat cerah, pemandangan di sekitar sana benar-benar indah, pinggiran pantai berbatu-batu, dan ditemani banyak pohon-pohon yang hijau lebat.

Kami sampai di lokasi pemanjatan yang pertama, pertama-tama kami merapikan alat-alat dan racking lagi…..


Rencana kami membagi jalur yang tingginya kira-kira 30 meter ini menjadi 2 pitch. Pitch 1 kira-kira 10 meter di atas pasir, dan pitch 2 di top. Jalur terlihat menantang dan kami semua tampaknya menyukai jalur yang satu ini. Kemarin jalur ini direkomendasikan oleh sani.

******************

Setelah semua alat terpasang dengan sempurna di badan kami masing-masing lalu kami berdoa sejenak semoga selalu dilindungi oleh Tuhan Yang Maha Kuasa dan kekuatan alam yang ada di tempat ini yang jauh melebihi kekuatan manusia.

Leader pertama adalah Bayu, Jumarer adalah Rahman, dan cleaner adalah Tetu. Pada mulanya batu-batu di tebing itu tampak biasa-biasa saja, namun setelah kupegang ternyata batu itu benar-benar rapuh, tak kusangka batu-batu besar juga sangat mudah lepas. Sehingga Tetu yang ada di bawah pun mesti siaga karena batu-batu tajam itu berjatuhan dengan cepat dan tiba-tiba.

Akupun berusaha bertahan sejenak dan beristirahat, pengaman pertama yang kupasang adalah hexentrik kecil, dan setelah naik kira-kira 3 meter dari pengaman pertama tadi namun belum juga ada tempat pengaman kedua.

Akhirnya, walaupun sedikit ragu, ada celah kecil yang akhirnya dapat aku pasang “blade”. Namun tampaknya sangat tidak aman, akhirnya kutambah 1 blade dan 1 piton lagi. Setelah rasanya aman, aku terus naik lewat jalur yang direncanakan sejak awal. Namun di sini batu-batunya lebih parah lagi, benar-benar rapuh, tak ada tempat pengaman dan tak ada tempat pegangan. Akhirnya ada suara dari bawah, “lewat kanan aja!!”. Dan aku ingat ada sebuah jalur lain di kanan yang mungkin dapat dilewati dengan lebih mudah. Namun aku berusaha tenang sebentar sebelum aku menyeberang ke sebelah kanan. Dalam jalur kanan diperlukan teknik memanjat yang lain yaitu 1 x teknik ganti kaki, dan 1 kali pull up. Namun tak semudah yang dibayangkan, ternyata batu-batu juga masih banyak yang runtuh, tapi berhasil aku lewati dengan hati-hati.

Dan setelah mendapat tempat yang agak datar kami membuat pitch di sana. Di sebuah pohon yang agak besar, aku memasang sistem kebanyakan di sana, sisanya sebagai backup aku pasang dengan piton di tebing. Akhirnya rahman dan tetu berhasil sampai di pitch 1, tanpa ada alat yang tertinggal namun tetu sedikit terluka tampaknya di kakinya, sampai-sampai celananya sedikit robek. Dan sayang sekali kami lupa membawa betadine, sebuah pelajaran besar buat kami dalam pemanjatan selanjutnya.

Setelah minum extrajoss dan air mineral kami melanjutkan pemanjatan ke top. Kembali aku sebagai leader, Rahman jumarer, dan Tetu cleaner. Dari pitch 1 ini terlihat 2 jalur, kiri dan kanan. Akhirnya kami kuputuskan memilih jalur kanan karena jalur kiri kerapuhan batunya tampak lebih parah, saat itu aku dan teman-teman tampak sudah kehabisan mental dalam menghadapi batu-batu itu. Mungkin suatu saat akan kami hadapi setelah mempunyai lebih banyak ilmu lagi, kini aku kembalikan dan fokuskan ke tujuan kami yaitu “memantapkan ilmu artificial dan referensi tebing”.

Dalam pemanjatan menuju pitch 2 kami kembali bertemu dengan batu-batu yang rapuh lagi. Setiap batu yang kupegang dan kuinjak selalu saja ada yang rapuh, sampai-sampai Tetu terluka karena wajahnya terkena batu di bawah sana, beruntung tidak terlalu parah apalagi kami tidak membawa P2.

Sampai pitch 2 kembali aku menginstalasi pengaman-pengaman di akar pohon yang besar dan berhasil mengantarkan Rahman dan tetu ke atas. Kini kami bertiga merasa bahagia karena berhasil sampai di atas sana. Sedikit ngobrol-ngobrol sambil melihat pemandangan pantai yang indah dan makan camilan dan minum air sudah cukup buat merayakan. Setelah semua instalasi dilepas, kami pun lalu mencari jalan turun untuk rappelling, namun semua jalur tertutup dengan pohon dan pandan berduri. Akhirnya kami pun kebingungan lagi, satu yang pasti setelah kami bertiga diskusi di atas bahwa setelah turun kami tidak naik ke jalur ke-dua karena kami memepertimbangkan kondisi fisik dan mental kami yang sudah turun sejak tadi.Pemanjatan itu memakan waktu kurang lebih 3.5 jam.

Beberapa saat kemudian Brian, Bambang, dan Pak RT datang menjemput kami lewat jalur belakang. Oleh mereka, kami pun diajak melewati hutan-hutan yang penuh dengan semak-semak yang terasa gatal dan ditutupi hutan jati. Ada jalan setapak yang tembus di jalan aspal, dan semuanya menunggu kami di sebuah warung di pinggir jalan.

Mereka semua tersenyum dan tampak senang melihat kami bertiga. Namun wajah kami semua pucat dan sedih. Entah kenapa, mungkin kami merasa mengecewakan mereka karena tidak melewati jalur yang seharusnya. Mereka memberikan semangat kepada kami dan mengajak kami beristirahat dan minum es sirup sejenak, terutama bang Freden, ketua perjalanan kita.

****************

.

Setelah semuanya selesai bersantai dan alat-alat kami sudah dipacking, kami mendapat tawaran jalan-jalan dari pak RT untuk melihat kondisi pantai di tempat lainnya. Dan tentunya kami sangat senang menerima tawaran itu. Kami pun langsung saja mengkondisikan formasi mobilisasi.

Kami menuju ke arah barat, dan sampai di sebuah hutan produksi jati. Dari sana kami berjalan menuju pantai dan seperti biasa melewati hutan-hutan pandan berduri sebelum akhirnya tiba di pantai.




Ternyata di tempat ini juga ada gua.

Setelah puas berjalan-jalan di pinggir pantai dan gua, kami langsung balik ke basecamp. Sore itu kami mendapat tawaran untuk bertemu dengan pak kades di Balai Desa, kebetulan sekali pak kades sudah pulang dari urusannya di luar. Kami pun segera setuju sebab masih banyak kekurangan mengenai sosialisasi pedesaan kami kemarin.

Setelah selesai makan dan mandi, aku, Rahman, Tetu, Freden, dan didampingi Giri dan pak RT, kami langsung berangkat ke Kantor Desa Sawarna. Kami bertanya-tanya tentang berbagai cerita menarik mengenai Sawarna, seperti mata pencaharian penduduk, ekonomi pedesaan, budaya, pariwisata, serta kebijakan pemerintah desa untuk Desa Sawarna. Pak kades tampaknya sangat gembira dengan kedatangan kami dan ia bercerita dengan antusias dan menjelaskan secara detail apa yang kami tanyakan, namun kami sedikit canggung tampaknya, mungkin ini pertama kali kami wawancara dengan orang penting di Sawarna. Dan akhirnya wawancara ditutup karena kami sudah tampak puas dengan cerita pak kades.

Singkat cerita kami sampai di basecamp dan langsung mengadakan evaluasi kegiatan hari ini dan briefing buat kegiatan besok. Rapat malam itu aku pimpin dan mula-mula kita mengevaluasi kegiatan inti kami. Aku menjelaskan apa saja yang kami lakukan tadi. Mulai dari tertinggalnya P2 dan kehabisan pulsa, sampai gagalnya rapeling, kakak-kakak kami pun membantu menambahkan apa yang kurang.

Setelah evaluasi, kami pun mengadakan briefing buat kegiatan besok. Dan kembali hasil briefing kami bahwa besok kami akan pulang ke Bandung dan tidak ada kegiatan pemanjatan lagi. Selain itu, dokumentasi tebing-tebing dan wawancara pun sudah beres, jadi kami rasa tidak ada yang perlu untuk dilakukan lagi.

Dan briefing malam itu juga menghasilkan rencana untuk membelikan abah dan emak serta pak RT oleh-oleh dari kami sebagai ucapan terima kasih kami karena kami telah dirawat di sana kurang lebih 3 hari. Dan omong-omong selama kami tinggal di sana emak lah yang memasakkan kami makanan 3 kali sehari, selain masak, camilan gadung yang dibuatkan emak di waktu senggang juga adalah cermin kebaikan hati yang mendalam. Mungkin kami semua sudah dianggap mereka sebagai anak sendiri. Demikian juga dengan pak RT yang banyak memberi kami informasi dan banyak bercerita tentang Desa itu.

Setelah membelikan abah, emak, dan pak RT sembako sebagai ucapan terima kasih, kami kembali lagi ke rumah abah dan emak. Kami pun berpamit dengan mereka dan tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada mereka.


Selesailah perjalanan kami ke tempat yang sangat menawan dan menyimpan rasa rindu ini. Kami takkan pernah melupakan setiap hembusan angin yang menerpa kami, setiap tebing yang melukai kami, dan setiap ombak yang membasahi kami. Ini adalah sebuah tempat yang bisa menyaingi bahkan melebihi indahnya pantai kuta di bali atau indahnya tebing di padalarang sana.

Tapi kegitan senang-senang kami belum berhenti sampai di sana. Saat sampai di pelabuhan Ratu kami sempat membeli ikan bakar dan berpesta bersama di pinggir pantai. Benar-benar nikmat karena sejak kemarin kami ingin sekali makan ikan bakar namun tidak ada ikan yang berhasil kami temukan.

Pukul 15.00 wib Kami melanjutkan perjalanan setelah kekenyangan dan beristirahat sebentar. Perjalanan semakin dipercepat karena kami juga tidak ingin sampai di bandung terlalu malam.

Sekian perjalanan kami yang menempuh kira-kira 450 kilometer itu. Perjalanan yang begitu jauh namun adalah sangat mengesankan buat kami.

We are KMPA Ganesha ITB….

Take nothing but pictures..........



Leave nothing but footprints.............



And kill nothing but time.................




Senin, 12 Oktober 2009

Menggapai puncak Citatah 125 dengan teknik himalayan dan alpin


CATATAN PERJALANAN CITATAH 125

Oleh : Teturela Dediene N.
GM – 014 – XVIII

Malam sabtu, 24 Juli 2009, 6 orang anak manusia yang terdiri dari Freden, Bayu, Tetu, Brian, Bambang, dan Enda pergi ke citatah 125. Perjalanan dilakukan dengan menggunakan sepeda motor. Setelah sampai di sana, kami mendapatkan tempat yang biasa kami pakai untuk mendirikan tenda telah dipakai oleh anak PA lain. Jadi, kami semua langsung menuju bangunan kecil untuk beristirahat. Sebelum istirahat tidur, kami mengadakan briefing untuk kegiatan besoknya. Setelah selesai, barulah kami pergi tidur.

Pagi hari pun tiba, kami semua bangun dari tidur lelap masing-masing. Setelah semua kesadaran terkumpul, beberapa dari kami memasak untuk sarapan. Menu sarapan pagi itu adalah nasi + ikan asin + sambel + sayur. Sarapan pun siap disantap.

Sarapan selesai, perut sudah kenyang. Freden, Tetu, dan Bayu bersiap untuk melakukan latihan artivisial. Tetu leader, Freden jumarer, dan Bayu cleaner. Setelah semua persiapan selesai dan berdoa, kami bertiga langsung melakukan pemanjatan. Pemanjatan mulai dilakukan sekitar jam 9 pagi. Dan selesai sekitar jam 11 siang. Pemanjatan yang dilakukan berakhir di goa. Setelah selesai, kami turun tidak dengan teknik refling, tapi dengan melalui jalan belakang.

Setelah itu, kami semua beristirahat dan makan siang. Beberapa dari kami memasak lagi untuk makan siang. Menu makan siang saat itu adalah nasi dengan sarden. Makan siang dan istirahat selesai, kami sudah berniat melakukan persiapan untuk pemanjatan selanjutnya, namun apa daya, hujan turun mengguyur daerah tersebut. Alhasil, kami semua masuk bilik kecil kami, dan 4 dari kami bermain kartu.

Sedang asik-asiknya main kartu, hujan yang mengguyur berhenti, dan artinya kami harus melanjutkan pemanjatan. Pemanjatan kali ini, kami merubah formasi pendakian. Bayu leader, Freden tetap jumarer, dan Tetu cleaner. Pemanjatan pun dilakukan. Saat pemanjatan kedua dilakukan, datanglah dua pasukan tambahan, yaitu Maul dan Sani. Mereka datang dengan membawa bungkusan yang berisi beberapa buah ice cream ( es krim ). Untungnya, saat mereka datang, jumarer masih berada di bawah. Oleh karena itu, beberapa es krim yang ada dibawa naik oleh sang jumarer untuk disantap saat kami bertiga sampai di goa.

Sampai di goa, makan es krim, turun. Selesai sudah rangkaian kegiatan latihan artivisial kami. Selanjutnya kami menyiapkan makan malam. Makan malam siap, kami makan bersama-sama dengan menggunakan daun pisang sebagai alas makannya. Selesai makan kita bersantai-santai sebelum melakukan briefing untuk kegiatan keesokaannya.

Briefing dilakukan sekitar pukul 9 malam. Briefing yang dilakukan membicarakan teknis pemanjatan samapai ke top citatah 125. Hasil dari briefing adalah Tetu sebagai leader dari awal sampai goa Bayu cleaner dan freden jumarer. Selanjutnya Bayu menjadi leader, Tetu cleaner, dan Freden tetap sebagai jumarer. Satu tahap sebelum top, yang menjadi leader adalah Freden, Bayu cleaner, dan Tetu jumarer.

Sesampainya di top, kami bertemu dengan seluruh anggota pasukan lain. Di top itu, kami langsung membelah sebuah semangka yang kami bawa dari bawah. Tapi sayang seribu sayang, semangka yang kami bawa ternyata agak busuk walaupun masih bisa dimakan. Setelah makan semangka, kami melahap makan siang kami yang telah disediakan oleh awak pasukan lain selain kami bertiga. Menu makan siang kali ini (kalau tidak salah) adalah nasi bungkus, dengan lauk telur, tempe, dan bonteng (mentimun). Setelah kenyang makan semangka, nasi bungkus, dan cemilan-cemilan lainnya serta puas berfoto-foto ria (bukan mpok ria) kami pun turun ke camp kami.

Sampailah kami di camp, dan kami langsung berbenah diri alias packing karena beberapa dari kami akan melanjutkan kegiatan ke citatah 90. Setelah semua selesai dipacking, kami pun berangkat ke citatah 90. Di sana kami melihat-lihat medan yang akan ditempuh besok. Sambil melihat-lihat, kami mendirikan tenda dan membuat api unggun.

Tenda sudah berdiri dan api telah manyala. Kami sedikit berbincang-bincang dan akhirnya waktu menunjukkan sekitar pukul 7 malam. Aku, Teturela, Sani, dan Maul memutuskan untuk pulang saat itu. Kami pun pulang dengan meninggalkan awak pasukan lain melanjutkan kegiatan yang mereka inginkan.